sustainabilitypioneers – Cuaca Panas Ekstrem di Medan tengah menjadi perbincangan hangat di berbagai kalangan masyarakat. Banyak yang mengaitkan suhu tinggi ini dengan dampak pemanasan global. Namun, pernyataan resmi dari BMKG membantah anggapan tersebut. BMKG menegaskan bahwa kondisi panas terik yang dirasakan di Kota Medan disebabkan oleh penyinaran matahari yang sangat intens saat musim kemarau. Tidak adanya tutupan awan menjadikan cahaya matahari langsung menyentuh permukaan tanah, meningkatkan suhu udara secara drastis. Pada siang hari, suhu bisa melonjak hingga lebih dari 35 derajat Celsius. Kondisi ini diperparah dengan kelembapan rendah serta angin yang bersifat menyebar. Meski masyarakat khawatir, BMKG meminta warga tetap tenang dan melakukan langkah perlindungan diri yang tepat agar tidak terkena dampak kesehatan serius seperti dehidrasi dan heat stroke.
Fenomena Cuaca Panas Ekstrem di Medan terpantau mencapai puncaknya pada pukul 13.00 WIB. Suhu maksimum yang tercatat oleh BMKG saat itu mencapai 35,2 derajat Celsius. Suhu mulai meningkat dari pukul 12.00 dengan angka 34,6 derajat dan hanya sedikit menurun satu jam kemudian. Data ini menggambarkan bahwa intensitas panas tidak hanya berlangsung sesaat, tetapi bertahan cukup lama di siang hari. Kecepatan angin pun tercatat mencapai 10 knot, memperjelas bahwa ada pengaruh angin kuat yang membawa udara panas ke permukaan. Peningkatan suhu tersebut memicu kekhawatiran warga yang harus beraktivitas di luar ruangan. Dalam situasi ini, penggunaan pelindung matahari serta pengurangan aktivitas luar sangat dianjurkan. Suasana panas ekstrem tersebut terasa menyengat dan membuat banyak warga memilih berlindung di dalam rumah atau ruangan tertutup yang lebih sejuk.
“Baca juga: 170 Juta Ton CO₂ Bisa Diserap! Ini Isi Mengejutkan dari PP Perlindungan Mangrove 2025”
BMKG mengaitkan cuaca panas yang terjadi dengan musim kemarau yang sedang melanda sebagian besar wilayah Sumatera Utara. Pada periode ini, formasi awan menjadi sangat minim karena pengaruh angin divergen yang menyebar ke segala arah. Akibatnya, proses pembentukan awan terganggu dan langit menjadi cerah tanpa tutupan. Kondisi tersebut memungkinkan sinar matahari menembus langsung hingga ke permukaan tanah, memanaskan udara dengan cepat. Fenomena seperti ini umum terjadi saat musim kemarau, namun tingkat ekstremnya bisa berbeda setiap tahunnya. Medan kali ini mengalami cuaca panas yang cukup mencolok, terutama karena kombinasi sinar matahari intens, kelembapan rendah, dan angin kering yang bertiup. Tanpa awan dan dengan permukaan tanah yang menyerap panas, wilayah ini merasakan efek dari radiasi matahari secara maksimal. Ini yang membuat suhu udara terasa sangat tinggi dan menyengat.
Menghadapi cuaca panas yang terus meningkat, BMKG memberikan beberapa imbauan penting untuk masyarakat. Warga diharapkan untuk tidak terlalu lama berada di luar ruangan saat matahari sedang terik. Penggunaan topi, payung, sunscreen, dan pakaian tertutup sangat dianjurkan sebagai pelindung tubuh. Selain itu, konsumsi air putih perlu ditingkatkan agar tubuh tetap terhidrasi. Masyarakat juga disarankan untuk lebih sering mengonsumsi buah-buahan segar yang tinggi kandungan air. Bagi yang tinggal di area rawan kebakaran, tindakan pencegahan perlu dilakukan untuk menghindari penyulutan api akibat suhu panas. Selain risiko kesehatan seperti dehidrasi, kondisi ini juga bisa memicu heat stroke jika dibiarkan tanpa penanganan. Oleh karena itu, menjaga kondisi tubuh dan menghindari paparan sinar matahari secara langsung menjadi prioritas utama selama fenomena ini berlangsung.
“Simak juga: Bongkar Strategi Baru Nokia! Peluang Bisnis Dibuka Lebar untuk Siapapun?”
Salah satu isu yang berkembang di tengah masyarakat adalah kaitan cuaca panas di Medan dengan pemanasan global. BMKG secara tegas menyatakan bahwa suhu tinggi saat ini tidak terkait langsung dengan perubahan iklim global. Pernyataan itu disampaikan oleh Prakirawan BMKG Wilayah I Medan, Defri Mandoza. Ia menjelaskan bahwa panas yang terjadi disebabkan oleh faktor lokal seperti musim kemarau dan intensitas sinar matahari yang tinggi. Tidak adanya awan dan rendahnya kelembapan membuat suhu naik drastis dalam waktu singkat. Ini adalah kondisi musiman yang sering kali terjadi setiap tahunnya, terutama saat puncak musim kemarau. Penjelasan ini bertujuan menenangkan masyarakat yang mulai khawatir berlebihan. Meski pemanasan global tetap menjadi perhatian, dalam kasus Medan kali ini penyebab utamanya adalah fenomena alam lokal yang bersifat sementara.
sustainabilitypioneers – Perlindungan Mangrove 2025 menjadi tonggak penting dalam upaya menjaga ekosistem pesisir Indonesia. Dengan disahkannya Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun…
sustainabilitypioneers – Emisi Industri Makin Gila terlihat dari data konsumsi energi di sektor manufaktur yang terus meningkat drastis sepanjang 2023. Kenaikan…
sustainabilitypioneers – Jepang Diultimatum Percepat Energi Bersih setelah sorotan tajam diarahkan pada ketergantungannya terhadap LNG dan gas impor. Negara tersebut kini…
sustainabilitypioneers – Bank Sentral Singapura memperlihatkan langkah serius dalam mendukung keberlanjutan sektor keuangan global. Dalam upaya ini, Monetary Authority of Singapore…
sustainabilitypioneers – Medan Masuk Zona Waspada Cuaca Ekstrem karena lonjakan suhu dan kecepatan angin yang terjadi sejak pertengahan Juli. Berdasarkan data…
sustainabilitypioneers – Google Siapkan Tenaga Air untuk mendukung transformasi pusat data menjadi lebih hijau dan ramah lingkungan. Langkah revolusioner ini dilakukan…