sustainabilitypioneers – Eskom Akan Matikan 21 GW Batu Bara sebagai bagian dari strategi transisi energi yang ambisius di Afrika Selatan. Perusahaan listrik milik negara itu sedang bergerak menuju era yang lebih hijau dengan menargetkan penurunan kapasitas pembangkit batu bara dari 39 GW menjadi hanya 18 GW pada tahun 2040. Sebagai gantinya, mereka menargetkan peningkatan energi terbarukan dari kurang dari 1 GW menjadi 32 GW. Ini menjadi sinyal kuat bahwa Eskom serius dalam menyongsong masa depan rendah karbon. Langkah ini juga sejalan dengan upaya global mengurangi emisi karbon dan mengatasi krisis iklim. Keputusan ini tidak hanya berdampak pada sektor energi tetapi juga memberi pengaruh terhadap industri lain yang terkait dengan batu bara. Transformasi ini bisa menjadi momentum bagi Afrika Selatan dalam mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil dan mempercepat inovasi energi terbarukan yang lebih berkelanjutan untuk generasi mendatang.
Dalam proses menuju transisi energi yang lebih hijau, Eskom Akan Matikan 21 GW Batu Bara secara bertahap dan mengganti kapasitas tersebut dengan sumber daya energi terbarukan. Salah satu strategi yang tengah dijalankan adalah repowering atau pembaruan pembangkit listrik tua yang sebelumnya berbahan bakar batu bara menjadi pembangkit berbasis energi bersih. Langkah ini dianggap lebih efisien daripada membangun infrastruktur baru dari awal karena memanfaatkan lokasi dan jaringan transmisi yang sudah ada. Selain itu, Eskom juga akan membentuk unit bisnis baru yang secara khusus menangani proyek energi terbarukan. Unit ini akan mengelola proyek energi surya dan angin serta mengintegrasikan teknologi penyimpanan energi untuk menjamin kestabilan pasokan. Dengan pendekatan ini, Eskom berharap bisa mengefisiensikan biaya dan mempercepat adopsi energi hijau di seluruh negeri. Kolaborasi dengan mitra internasional pun mulai dijajaki guna memperkuat implementasi strategi ini.
Di tengah rencana ambisius ini, Eskom menghadapi tantangan berat yang tidak bisa diabaikan. Perusahaan ini tengah dibebani utang sebesar 400 miliar rand yang menghambat ruang gerak mereka dalam mengalokasikan dana untuk investasi energi hijau. Selain itu, tarif listrik yang masih dikontrol pemerintah juga membuat perusahaan sulit mengoptimalkan pendapatan guna mendukung ekspansi teknologi bersih. Pendapatan dari sektor kelistrikan tidak cukup kuat untuk menutup biaya operasional dan pengembangan proyek baru secara mandiri. Pemerintah pun perlu mengambil peran strategis dalam mencari solusi jangka panjang, misalnya melalui subsidi hijau atau insentif khusus bagi proyek energi terbarukan. Meski demikian, pihak Eskom tetap melanjutkan proyek transisi energi ini karena menyadari pentingnya pergeseran ini bagi ketahanan energi nasional dan kontribusi terhadap target iklim global. Dukungan dari lembaga keuangan internasional juga mulai dilirik untuk menambal kebutuhan investasi yang besar tersebut.
Salah satu kunci sukses dalam realisasi rencana transisi ini adalah keterlibatan sektor swasta. Eskom membuka peluang bagi para investor swasta untuk terlibat langsung dalam proyek pembangunan pembangkit energi terbarukan, baik melalui kemitraan publik-swasta maupun skema investasi independen. Pendekatan ini tidak hanya mempercepat adopsi teknologi hijau, tetapi juga mengurangi beban keuangan negara. Eskom juga mulai aktif menjalin kerja sama dengan lembaga internasional seperti Bank Dunia dan lembaga donor energi global untuk mendapatkan dukungan teknis dan keuangan. Dalam kerangka kolaborasi ini, proyek di mana Eskom Akan Matikan 21 GW kapasitas batu bara menjadi sorotan utama karena memerlukan investasi besar dan teknologi pengganti yang mumpuni. Melalui kolaborasi lintas sektor ini, transfer pengetahuan dan teknologi canggih diharapkan bisa terjadi lebih cepat. Pemerintah Afrika Selatan pun menyatakan komitmennya untuk mendukung regulasi dan kebijakan yang mendorong partisipasi sektor swasta. Dengan ekosistem yang lebih inklusif dan terbuka, transformasi energi nasional menuju 2040 menjadi lebih realistis dan berkelanjutan.
“Simak juga: Robot Polri Bukan yang Pertama! Siapa Pembuat Humanoid Pertama di Indonesia?”
Apa yang dilakukan Eskom bisa menjadi contoh bagi negara berkembang lain dalam transisi menuju energi hijau. Eskom berupaya memangkas 21 GW batu bara dan menggantinya dengan pembangkit energi bersih. Langkah ini membuktikan bahwa perubahan besar bisa dilakukan meskipun kondisi fiskal masih terbatas. Afrika Selatan masih sangat bergantung pada batu bara sebagai sumber energi utamanya. Namun, keputusan beralih ke energi terbarukan mencerminkan kesadaran akan pentingnya keberlanjutan global. Transisi ini memiliki banyak risiko yang harus dihadapi dengan strategi yang matang. Pendekatan terstruktur dan kolaboratif menjadi faktor penting dalam mendukung keberhasilan transisi ini. Eskom tidak hanya mengubah sistem energi, tetapi juga mengubah cara pandang masyarakat. Masyarakat diajak melihat masa depan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Melalui langkah konkret ini, Eskom menempatkan Afrika Selatan menuju sistem energi rendah emisi yang lebih resilien.
sustainabilitypioneers – China Wajibkan Energi Terbarukan di Industri Berat sebagai langkah bersejarah pada 11 Juli 2025. Regulasi baru ini berlaku bagi…
sustainabilitypioneers – Mall of Indonesia menjadi simbol transformasi gaya hidup urban menuju keberlanjutan. Terletak di Jakarta Utara, pusat perbelanjaan ini tidak…
sustainabilitypioneers – Suka Duka Hidup di Tengah Hutan menjadi cerita yang sering dibayangkan romantis dan damai. Hutan sering dianggap tempat pelarian…
sustainabilitypioneers – Laboratorium BPOM Kini Ramah Lingkungan menjadi tajuk utama dalam transformasi besar yang sedang dijalankan oleh Badan Pengawas Obat dan…
sustainabilitypioneers – Danantara dan JBIC Jalin Kemitraan Hijau dalam langkah strategis untuk mempercepat transisi energi dan pengurangan emisi karbon di Indonesia.…
sustainabilitypioneers – AS Perpanjang Kredit Pajak Hidrogen Hijau hingga 2028 sebagai langkah terbaru pemerintah untuk mengakselerasi transisi energi bersih. Keputusan ini…