
sustainabilitypioneers – Pertamina kembali menjadi pusat perhatian publik seiring kabar rencana Shell untuk melepas jaringan SPBU di Indonesia pada 2026. Perusahaan energi global asal Belanda ini memilih untuk mengalihkan kepemilikan bisnis ritel SPBU kepada pihak lain tanpa benar benar meninggalkan pasar domestik. Langkah tersebut menimbulkan spekulasi tentang dominasi Pertamina sebagai pemain utama di sektor bahan bakar. Shell memastikan bahwa proses pengalihan kepemilikan masih menunggu persetujuan regulasi pemerintah dan diharapkan selesai sesuai target. Meskipun pelepasan aset ini menimbulkan berbagai pertanyaan di kalangan masyarakat, Shell menegaskan bahwa unit bisnis pelumas yang selama ini berkembang pesat di Indonesia tetap akan dikelola secara normal. Keputusan restrukturisasi ini menjadi strategi penting dalam menata kembali portofolio bisnis mereka di tengah ketatnya persaingan pasar energi nasional.
Pertamina menjadi pihak yang ikut disorot karena langkah Shell diyakini akan mengubah peta persaingan bisnis bahan bakar di Indonesia. Dalam proses pengalihan kepemilikan Shell tetap mempertahankan merek melalui perjanjian lisensi untuk menjaga identitas layanan. Penerima lisensi dapat menggunakan nama dan standar Shell sesuai kesepakatan yang telah dibuat bersama perusahaan. Pertamina sebagai pemain dominan kini dipandang memiliki peluang lebih besar untuk memperluas jangkauan pasarnya. Vice President Corporate Relations Shell Indonesia Susi Hutapea menegaskan pengalihan bisnis SPBU Shell akan selesai pada 2026. Proses pengalihan tersebut dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku di Indonesia. Penjualan aset ini mencakup jaringan sekitar 200 SPBU dengan lebih dari 160 dimiliki langsung Shell. Terminal BBM strategis di Gresik Jawa Timur juga menjadi bagian dari aset yang akan dialihkan. Meski begitu Shell memastikan kehadirannya tetap terasa melalui lisensi merek untuk menjamin standar layanan kepada konsumen.
“Baca juga: Bikin Gempar! Gedung Putih Restui Tony Blair Pimpin Gaza Sementara, Ada Apa?”
Keputusan Shell untuk melepas bisnis SPBU tidak berarti meninggalkan seluruh operasi mereka di Indonesia. Unit pelumas yang selama ini berkembang pesat masih akan terus dijalankan dan tetap menjadi bagian penting dari portofolio Shell. Sejak tahun 1997 Sefas Group telah menjadi distributor terbesar pelumas Shell di Indonesia dengan jaringan layanan yang mencakup lebih dari 6.000 pelanggan di 21 titik distribusi. Portofolio kliennya tersebar di berbagai sektor termasuk pertambangan manufaktur transportasi pembangkit listrik dan industri alat berat. Pertamina dan pemain lain di industri bahan bakar tetap harus menghadapi persaingan ketat di segmen pelumas yang terus tumbuh. Keberadaan Sefas Group memastikan produk pelumas Shell tetap mudah dijangkau konsumen meskipun bisnis ritel SPBU sedang dialihkan. Langkah ini menunjukkan bahwa Shell memilih fokus pada lini bisnis yang dianggap memiliki potensi pertumbuhan lebih besar.
Pertamina bersama sejumlah perusahaan SPBU swasta termasuk Shell BP AKR ExxonMobil dan Vivo telah melakukan pertemuan dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia untuk memastikan pasokan BBM tetap aman. Kesepakatan pembelian BBM dari Pertamina menjadi solusi atas potensi kekosongan stok di SPBU swasta. Ketua Komisi XII DPR RI Bambang Patijaya menegaskan bahwa kebijakan tersebut bukan bentuk monopoli melainkan kolaborasi demi menjaga ketersediaan bahan bakar. Pemerintah juga telah memberikan kuota impor sebesar 100 persen ditambah 10 persen pada 2025 untuk mendukung operasional SPBU swasta. Pertamina melalui langkah ini tetap menjadi mitra penting dalam menjaga keseimbangan pasokan energi nasional di tengah dinamika pasar. Kolaborasi ini memperlihatkan bahwa keberadaan Pertamina sangat penting bagi stabilitas distribusi bahan bakar di seluruh wilayah Indonesia.
Restrukturisasi bisnis Shell di Indonesia diprediksi akan memengaruhi arah persaingan sektor energi di tahun tahun mendatang. Dengan rencana pelepasan sekitar 200 SPBU dan terminal BBM strategis, peluang ekspansi Pertamina semakin terbuka. Meskipun merek Shell tetap hadir melalui lisensi, kepemilikan langsung yang berkurang memberi ruang lebih besar bagi pemain lokal untuk memperkuat posisi mereka. Pemerintah menekankan pentingnya pengaturan kuota impor dan distribusi BBM agar pasar tetap sehat dan kompetitif. Keputusan Shell untuk fokus pada bisnis pelumas menjadi contoh strategi perusahaan global dalam menghadapi tantangan energi yang terus berubah. Pertamina dengan pengalaman dan infrastruktur yang kuat dipandang akan memainkan peran penting dalam menjaga pasokan dan stabilitas harga di pasar domestik. Situasi ini menandai babak baru bagi industri bahan bakar Indonesia yang terus berkembang.
Artikel ini bersumber dari afu.id dan untuk lebih lengkapnya kalian bisa baca di sustainabilitypioneers
Penulis : Sarah Azhari
Editor : Anisa
Sustainability Pioneers Perkembangan energi bersih meningkat pesat karena teknologi AI percepat transisi di berbagai sektor strategis. Dampak Awal Teknologi dalam…
sustainabilitypioneers – Investasi dan instalasi energi terbarukan (Renewable Energy), khususnya energi surya dan angin, di seluruh dunia kini mengalami pertumbuhan…
sustainabilitypioneers – Sektor energi merupakan salah satu penentu utama dalam upaya global mengurangi dampak perubahan iklim. Di Asia Tenggara, MedcoEnergi…
sustainabilitypioneers – Indonesia tengah gencar mendorong investasi di sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk mencapai target bauran energi nasional. Realisasi…
sustainabilitypioneers – Brasil, sebagai salah satu produsen minyak dan gas terbesar di Amerika Selatan, baru-baru ini mengumumkan sebuah rencana ambisius dan cerdas.…
sustainabilitypioneers – Pemerintah Indonesia saat ini memprioritaskan dua kebijakan nasional yang krusial: program hilirisasi migas dan transisi energi. Dalam konteks…