
Pemerintah Kota Samarinda memastikan rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) terus berproses. Proyek ini menjadi bagian dari program nasional yang mencakup 33 kabupaten/kota di Indonesia. Jumat (31/10/2025).
sustainabilitypioneers – Transisi energi merupakan topik mendesak di Indonesia. Pemerintah giat mendorong penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk mengurangi ketergantungan pada batu bara. Namun, muncul perdebatan sengit mengenai salah satu teknologi yang selama ini digaungkan sebagai solusi ganda: Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Kelompok advokasi lingkungan, Trend Asia, dengan tegas menyatakan pandangannya. Menurut mereka, PLTSa Bukan EBT murni dan karena itu, bukan merupakan opsi yang tepat untuk transisi energi Indonesia menuju masa depan yang lebih hijau.
PLTSa sering dipromosikan sebagai solusi “win-win” yang mampu mengatasi dua masalah utama sekaligus: krisis pengelolaan sampah perkotaan dan kebutuhan akan sumber listrik. Namun, Trend Asia menilai cara kerja PLTSa, yaitu melalui proses pembakaran (insinerasi), menimbulkan masalah lingkungan baru yang kontradiktif dengan tujuan EBT.
Direktur Trend Asia menyoroti beberapa poin kunci:
Dengan alasan-alasan ini, PLTSa Bukan EBT yang sesungguhnya.
“Baca juga: Sejarah Baru! PLN Electric Run 2025 Jadi Event Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia”
Trend Asia mendesak agar pemerintah melihat transisi energi secara holistik. Penggunaan PLTSa dianggap sebagai pengalihan sumber daya dan fokus dari pengembangan EBT yang lebih bersih dan berkelanjutan.
EBT Sejati: Energi terbarukan yang harus diprioritaskan adalah energi surya (PLTS), energi angin (PLTB), dan panas bumi (PLTP), yang jelas-jelas minim emisi dan tidak menimbulkan masalah polusi lokal.
Organisasi ini berpendapat bahwa jika PLTSa terus didorong, investasi besar akan dialihkan ke teknologi yang masih bermasalah secara ekologis. Hal ini akan memperlambat, bahkan mencederai, target transisi energi nasional.
Keputusan untuk terus menganggap PLTSa Bukan EBT didasarkan pada prinsip kehati-hatian lingkungan. Transisi energi harus bersih total, tidak sekadar “lebih baik” dari batu bara, namun juga bebas dari polutan beracun.
Alih-alih membangun PLTSa yang mahal dan berpolusi, Trend Asia menawarkan solusi yang berakar pada pengelolaan sampah yang bertanggung jawab. Mereka menyarankan pemerintah untuk memprioritaskan:
Jika Indonesia ingin memimpin dalam isu iklim dan lingkungan, sumber energi haruslah sejalan dengan prinsip kelestarian. PLTSa, menurut Trend Asia, jelas tidak memenuhi kriteria tersebut.
Artikel ini bersumber dari kompas dan untuk lebih lengkapnya kalian bisa baca di sustainabilitypioneers
Penulis : Sarah Azhari
Editor : Anisa
Sustainability Pioneers dokumenter baru tentang hidrogen dan energi listrik memicu perdebatan soal masa depan energi bersih. Hidrogen dan energi listrik…
Sustainability Pioneers infrastruktur pengisian mobil listrik menjadi fokus utama menjelang 2025 seiring peningkatan penjualan kendaraan listrik di Indonesia. Percepatan Infrastruktur…
Sustainability Pioneers Perkembangan energi bersih meningkat pesat karena teknologi AI percepat transisi di berbagai sektor strategis. Dampak Awal Teknologi dalam…
sustainabilitypioneers – Investasi dan instalasi energi terbarukan (Renewable Energy), khususnya energi surya dan angin, di seluruh dunia kini mengalami pertumbuhan…
sustainabilitypioneers – Sektor energi merupakan salah satu penentu utama dalam upaya global mengurangi dampak perubahan iklim. Di Asia Tenggara, MedcoEnergi…
sustainabilitypioneers – Indonesia tengah gencar mendorong investasi di sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk mencapai target bauran energi nasional. Realisasi…