Investasi Energi Bersih AS Terancam: Pajak Baru Hambat Pertumbuhan

sustainabilitypioneers – Investasi Energi Bersih AS Terancam oleh rencana legislasi terbaru yang diusulkan oleh DPR AS. Kebijakan ini mempercepat tenggat waktu berakhirnya kredit pajak untuk energi bersih dari semula 2032 menjadi 2028, dan memperketat syarat konten lokal untuk pengembang proyek. Langkah ini diperkirakan dapat memperlambat laju investasi energi terbarukan di berbagai sektor, termasuk tenaga surya, angin, dan manufaktur baterai. Dampaknya tidak hanya pada industri, tetapi juga pada konsumen melalui potensi kenaikan biaya listrik secara nasional. Proyek-proyek strategis yang semula direncanakan untuk jangka panjang kini berada dalam ketidakpastian. Rencana ini memicu peringatan dari pelaku industri, lembaga keuangan, hingga pemerintah negara bagian.

Tenggat Pajak Baru Menyulitkan Pengembang

Rencana legislasi pajak tersebut menetapkan bahwa agar proyek energi bersih memenuhi syarat insentif, mereka harus dimulai dalam 60 hari setelah pengesahan dan diselesaikan sebelum 1 Januari 2029. Sebelumnya, pengembang memiliki waktu lebih luas hingga 2032. Tenggat ini dinilai terlalu sempit untuk proyek-proyek berskala besar yang memerlukan proses perizinan, studi dampak lingkungan, dan pembangunan infrastruktur pendukung. Banyak proyek akan tertunda atau dibatalkan akibat tekanan waktu yang tidak realistis. Proses ini mempersulit pengembangan proyek skala utilitas. Permohonan izin akan meningkat dalam waktu singkat. Kapasitas konstruksi nasional bisa kewalahan jika proyek dipaksa selesai dalam jangka waktu seragam.

“Baca juga: Campervan Life: Gaya Hidup Minimalis yang Menyelamatkan Bumi”

Syarat Konten Lokal Memicu Ketegangan Rantai Pasokan

Selain waktu yang dipangkas, aturan pajak baru mensyaratkan peningkatan kandungan lokal dalam proyek energi bersih. Ketentuan ini bertujuan mendorong industri dalam negeri AS, tetapi pada praktiknya berpotensi menimbulkan kelangkaan pasokan bahan dan komponen utama. Proyek energi surya, misalnya, saat ini masih sangat bergantung pada modul dan sel dari luar negeri. Banyak di antaranya berasal dari Asia, termasuk Tiongkok. Beberapa komponen utama tidak tersedia dalam jumlah yang cukup di pasar domestik. Komitmen investasi untuk mendirikan fasilitas manufaktur lokal belum sepenuhnya direalisasikan. Permintaan akan rantai pasokan domestik bisa melampaui kapasitas aktual industri nasional.

Proyek Energi Bersih Terhambat, Biaya Listrik Bisa Naik

Penundaan dan pembatalan proyek-proyek energi terbarukan diperkirakan akan menaikkan harga listrik dalam beberapa tahun ke depan. Studi dari lembaga independen menyebut bahwa kebijakan ini dapat menyebabkan lonjakan biaya listrik hingga 7–8% secara nasional hingga 2030. Hal ini terjadi karena pasokan dari sumber terbarukan yang lebih murah akan tertunda dan terhambat. Konsumen bisa terdampak paling cepat pada 2026. Proyek-proyek yang awalnya akan menggantikan pembangkit fosil lama kini mungkin tidak dibangun. Infrastruktur jaringan listrik juga bisa mengalami stagnasi. Keterlambatan dalam transisi energi akan memperbesar ketergantungan pada gas dan batu bara.

Respons Industri dan Dunia Usaha

Berbagai perusahaan besar menunjukkan kekhawatiran atas kebijakan baru ini. Amazon, Google, Meta, dan Microsoft telah mengajukan petisi kepada Senat AS agar mempertahankan struktur insentif seperti sebelumnya. Kebutuhan listrik dari pusat data dan proyek AI generatif terus meningkat. Mereka mengandalkan listrik bersih untuk menjaga jejak karbon tetap rendah. Investasi jangka panjang di sektor ini menjadi terancam. Proyek pusat data baru mungkin akan dikaji ulang. Pembangunan fasilitas teknologi hijau bisa dialihkan ke negara bagian atau negara lain dengan kebijakan lebih ramah.

“Simak juga: Apple Hadirkan Live Translation di Perangkat: Komunikasi Lintas Bahasa Jadi Instan”

Peluang Investasi Bisa Pindah ke Negara Lain

Jika lingkungan investasi energi bersih di AS menjadi tidak menarik, perusahaan global bisa memindahkan proyek mereka ke wilayah lain. Negara-negara seperti Kanada, Meksiko, dan Brasil menawarkan insentif fiskal yang stabil dan tidak terlalu politis. Beberapa perusahaan sudah meninjau kembali lokasi pembangunan pabrik modul surya dan baterai. Stabilitas kebijakan menjadi kunci utama dalam keputusan lokasi investasi. Proyek investasi multi-miliar dolar bisa dialihkan ke luar negeri. Potensi pertumbuhan lapangan kerja dalam negeri bisa terhambat.

Manufaktur Domestik Juga Kena Dampak

Subsidi yang mendukung manufaktur panel surya, baterai, dan turbin angin dalam negeri juga akan berakhir lebih cepat. Kredit pajak 45X, yang memberikan insentif langsung untuk produksi, akan dihentikan lebih awal jika rancangan undang-undang ini lolos. Pabrik baru yang direncanakan di Midwest dan Selatan AS bisa dibatalkan. Beberapa fasilitas bahkan dilaporkan telah menunda perekrutan dan konstruksi. Perusahaan dalam negeri kesulitan bersaing tanpa insentif fiskal yang mendukung.

Proyeksi Pasar dan Ketidakpastian Regulasi

Investor menghadapi ketidakpastian besar. Pasar obligasi hijau dan pembiayaan proyek diprediksi akan melambat hingga arah kebijakan lebih jelas. Penilaian risiko jangka panjang naik. Beberapa lembaga keuangan mulai memangkas eksposur mereka ke sektor energi terbarukan di AS. Penilaian terhadap saham perusahaan energi bersih juga terdampak. Penurunan harga saham terjadi dalam beberapa minggu terakhir. Bursa tenaga kerja bersih bisa menderita jika tren ini berlanjut.

Jalan Panjang di Senat

Rancangan undang-undang ini masih harus melalui Senat, di mana dukungan bipartisan untuk energi bersih lebih kuat. Sejumlah Senator dari kedua partai menolak penghentian insentif terlalu cepat. Perdebatan di Senat diperkirakan akan berlangsung intens. Penyesuaian kebijakan masih mungkin terjadi. Perubahan teks legislasi dapat mengembalikan beberapa kredit pajak hingga 2030 atau lebih. Lobi industri terus berlangsung di Washington. Masa depan energi bersih AS sangat bergantung pada keputusan beberapa pekan ke depan.