sustainabilitypioneers – Era Listrik Tanpa Emisi bukan lagi sekadar wacana. Pemerintah Indonesia secara resmi meratifikasi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik atau RUPTL 2025–2034 yang menjadi cetak biru pembangunan energi masa depan. Targetnya sangat ambisius yakni penambahan kapasitas energi terbarukan hingga 42,6 gigawatt dalam kurun waktu sembilan tahun ke depan. Langkah ini adalah bagian integral dari Golden Indonesia Vision 2045 yang menargetkan total 75 gigawatt energi hijau pada tahun 2040. Untuk mencapai itu, diperlukan pembangunan sekitar lima gigawatt per tahun secara konsisten. Perubahan paradigma ini mencerminkan komitmen Indonesia dalam mengurangi emisi karbon sekaligus meningkatkan ketahanan energi nasional. Kebijakan tersebut tidak hanya mencakup PLTS skala besar tetapi juga mencakup pembangkit listrik tenaga air, angin, panas bumi, hingga bioenergi. Visi jangka panjang ini akan memberi dampak pada sektor industri, lingkungan, hingga lapangan kerja hijau yang tengah tumbuh secara global.
Pemerintah telah menyiapkan peta jalan terperinci dalam RUPTL 2025–2034 untuk merealisasikan Era Listrik Tanpa Emisi. Dari total 42,6 gigawatt yang direncanakan, sebanyak 17,1 gigawatt akan bersumber dari tenaga surya atau PLTS yang terus mengalami penurunan biaya instalasi. Kemudian 11,7 gigawatt ditargetkan berasal dari pembangkit listrik tenaga air yang tersebar di banyak wilayah pegunungan Indonesia. Sementara itu, 7,2 gigawatt lainnya akan disuplai dari potensi energi angin, khususnya dari wilayah Indonesia bagian timur yang punya angin konstan sepanjang tahun. Panas bumi akan menyumbang 5,2 gigawatt dan bioenergi sekitar 0,9 gigawatt. Proyek-proyek ini akan disebar merata agar bisa mendorong pengembangan ekonomi di luar Pulau Jawa. Pemerataan akses energi juga menjadi target penting agar daerah tertinggal bisa menikmati listrik yang bersih dan terjangkau. Dengan skema pembiayaan yang disiapkan melalui sinergi BUMN, swasta, dan lembaga internasional, strategi ini dirancang untuk terus berkelanjutan hingga 2045.
“Baca juga: BMKG Bongkar Fakta! Cuaca Panas Ekstrem di Medan Ternyata Bukan Karena Pemanasan Global”
Tenaga surya diproyeksikan menjadi tulang punggung kapasitas tambahan energi terbarukan selama 10 tahun ke depan. Tidak heran jika PLTS skala utilitas hingga panel surya atap mulai masif dikembangkan oleh berbagai pihak. Instalasi baru akan diprioritaskan di wilayah dengan radiasi matahari tinggi seperti Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan, dan sebagian besar Papua. Teknologi ini tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga hemat lahan jika digunakan secara cerdas seperti floating solar di atas waduk. Selain itu, pembangkit tenaga angin mulai dilirik sebagai sumber listrik baru yang menjanjikan. Lokasi-lokasi seperti Sumba, Lembata, dan Sulawesi Utara menjadi sasaran proyek turbin angin besar. Adapun tenaga air tetap menjadi pilihan andalan karena stabilitasnya. Sungai-sungai besar di Kalimantan, Sumatera, dan Papua dinilai memiliki potensi luar biasa untuk pembangunan PLTA skala besar yang mampu menopang sistem kelistrikan nasional dalam jangka panjang.
Energi panas bumi atau geothermal sebenarnya bukan hal baru di Indonesia namun pemanfaatannya masih belum optimal. Dengan cadangan panas bumi yang merupakan terbesar kedua di dunia, kapasitasnya kini mulai digenjot untuk memenuhi sebagian dari target 42,6 gigawatt. Salah satu keunggulan dari geothermal adalah kemampuannya untuk menghasilkan listrik secara terus-menerus atau baseload yang sangat dibutuhkan dalam sistem kelistrikan. Wilayah seperti Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Sulawesi Tengah menjadi pusat eksplorasi terbaru. Di sisi lain, bioenergi sering dianggap sebagai energi kecil, padahal potensi limbah pertanian dan kehutanan bisa dimanfaatkan lebih maksimal. Beberapa pilot project bioenergi berbasis sawit dan limbah tebu sudah menunjukkan hasil positif. Ke depan, skema waste to energy diprediksi akan semakin digemari terutama oleh kota-kota besar yang memiliki tantangan pengelolaan sampah rumah tangga.
Visi energi hijau yang dicanangkan hingga 2040 dengan target total 75 gigawatt bukan hanya agenda kelistrikan. Ia merupakan bagian dari transformasi ekonomi nasional berbasis energi berkelanjutan. Melalui pengembangan energi terbarukan, lapangan kerja baru bisa tercipta di bidang teknisi, konstruksi, hingga manufaktur panel surya lokal. Selain itu, ketergantungan pada bahan bakar fosil yang sangat volatile dapat dikurangi. Sektor industri juga akan terdorong untuk beralih pada penggunaan energi bersih agar bisa masuk ke rantai pasok global yang makin selektif terhadap jejak karbon. Rencana jangka panjang ini juga mendorong pembangunan infrastruktur pintar seperti smart grid, storage baterai skala besar, dan sistem monitoring emisi yang terintegrasi. Jika seluruh proyek ini dijalankan secara konsisten dan diawasi dengan baik, Indonesia bisa menjadi pemain utama dalam pasar energi hijau di kawasan Asia Tenggara dan sekaligus menjawab tantangan krisis iklim global.
sustainabilitypioneers – Cuaca Panas Ekstrem di Medan tengah menjadi perbincangan hangat di berbagai kalangan masyarakat. Banyak yang mengaitkan suhu tinggi ini…
sustainabilitypioneers – Perlindungan Mangrove 2025 menjadi tonggak penting dalam upaya menjaga ekosistem pesisir Indonesia. Dengan disahkannya Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun…
sustainabilitypioneers – Emisi Industri Makin Gila terlihat dari data konsumsi energi di sektor manufaktur yang terus meningkat drastis sepanjang 2023. Kenaikan…
sustainabilitypioneers – Jepang Diultimatum Percepat Energi Bersih setelah sorotan tajam diarahkan pada ketergantungannya terhadap LNG dan gas impor. Negara tersebut kini…
sustainabilitypioneers – Bank Sentral Singapura memperlihatkan langkah serius dalam mendukung keberlanjutan sektor keuangan global. Dalam upaya ini, Monetary Authority of Singapore…
sustainabilitypioneers – Medan Masuk Zona Waspada Cuaca Ekstrem karena lonjakan suhu dan kecepatan angin yang terjadi sejak pertengahan Juli. Berdasarkan data…