sustainabilitypioneers – Palestina kembali menjadi sorotan dunia setelah Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa menggelar pemungutan suara mengenai pengakuan negara Palestina merdeka. Sidang penting ini menghasilkan resolusi tidak mengikat yang mendukung solusi dua negara antara Israel dan Palestina. Resolusi tersebut disahkan pada Jumat 12 September 2025 dengan dukungan mayoritas negara anggota PBB. Sebanyak 142 negara mendukung resolusi yang diajukan oleh Prancis dan Arab Saudi. Meski mayoritas mendukung masih ada negara negara yang memilih menolak ataupun abstain. Langkah ini menjadi sinyal kuat bahwa dunia semakin mendukung kemerdekaan Palestina meskipun masih ada kekuatan politik besar yang memilih jalur berbeda. Perdebatan panjang dan kepentingan geopolitik terlihat jelas dalam sidang yang diadakan di markas besar PBB ini sehingga perhatian masyarakat internasional tertuju pada hasil akhir keputusan tersebut.
Meski dukungan global begitu besar terdapat 10 negara yang tegas menolak pengakuan Palestina merdeka dalam sidang Majelis Umum PBB. Negara negara tersebut antara lain Israel Amerika Serikat Argentina Hungaria Papua Nugini Micronesia Paraguay Palau Tonga dan Nauru. Keputusan mereka memicu perdebatan tajam di berbagai media internasional karena dianggap menentang aspirasi mayoritas negara anggota PBB. Penolakan Amerika Serikat tidak mengejutkan mengingat kedekatan strategisnya dengan Israel yang juga menjadi penolak paling vokal terhadap resolusi ini. Papua Nugini yang merupakan tetangga dekat Indonesia menjadi sorotan publik tanah air karena ikut menolak pengakuan kemerdekaan Palestina. Dalam sidang tersebut alasan penolakan bervariasi mulai dari kepentingan politik regional hingga tekanan diplomatik dari sekutu kuat. Meskipun demikian dukungan 142 negara tetap menunjukkan kekuatan solidaritas internasional terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina.
Selain negara negara yang menolak terdapat 12 negara yang memilih untuk abstain dalam pemungutan suara pengakuan Palestina merdeka. Negara tersebut adalah Albania Kamerun Ceko Ekuador Ethiopia Fiji Guatemala Samoa Sudan Selatan Kongo Makedonia Utara dan Moldova. Sikap abstain ini dianggap sebagai langkah hati hati karena negara negara tersebut tidak secara terbuka menentang namun juga tidak memberikan dukungan resmi terhadap resolusi. Banyak pengamat menilai keputusan abstain sering kali dipengaruhi oleh kepentingan diplomatik dan hubungan bilateral yang sensitif. Meskipun tidak menolak secara terang terangan sikap abstain tetap memberi dampak pada dinamika politik internasional. Keputusan abstain menunjukkan bahwa isu Palestina masih menjadi persoalan kompleks yang melibatkan banyak kepentingan politik ekonomi dan keamanan. Langkah ini juga menegaskan bahwa tidak semua negara siap mengambil posisi tegas dalam konflik berkepanjangan di Timur Tengah.
“Simak juga: Catat! Jadwal Penetapan PPPK Paruh Waktu Resmi Dirilis, Cek Tahapannya di Sini”
Alasan penolakan pengakuan Palestina merdeka sangat beragam dan tidak lepas dari kepentingan geopolitik masing masing negara. Israel menolak resolusi dengan alasan deklarasi ini dianggap hanya menguntungkan kelompok Hamas dan mengancam keamanan nasionalnya. Amerika Serikat sebagai sekutu utama Israel tetap mempertahankan posisinya untuk mendukung kebijakan Tel Aviv di PBB. Negara negara seperti Argentina dan Paraguay diduga mempertimbangkan hubungan diplomatik dan ekonomi dengan Amerika Serikat sehingga memilih untuk menolak resolusi. Sementara Hungaria menjadi satu satunya negara Eropa yang menolak pengakuan Palestina karena kebijakan politik dalam negeri yang dekat dengan pemerintahan Israel. Negara negara Oseania seperti Papua Nugini Micronesia Palau Tonga dan Nauru diyakini mendapat pengaruh besar dari aliansi strategis dengan Amerika Serikat. Semua faktor ini menunjukkan bahwa keputusan menolak Palestina bukan hanya persoalan ideologi tetapi juga kepentingan politik dan ekonomi global.
Keputusan Majelis Umum PBB tentang pengakuan Palestina merdeka meski tidak mengikat tetap memiliki dampak signifikan bagi masa depan kawasan Timur Tengah. Dukungan dari 142 negara menunjukkan semakin kuatnya solidaritas internasional untuk mendorong penyelesaian konflik melalui solusi dua negara. Resolusi ini juga menekan Israel untuk mempertimbangkan kembali kebijakan militernya terutama terkait serangan ke Gaza yang telah memicu krisis kemanusiaan. Meski 10 negara menolak pengakuan Palestina suara mayoritas di PBB menjadi sinyal bahwa perjuangan kemerdekaan Palestina terus mendapatkan dukungan luas. Resolusi ini diharapkan dapat membuka jalan bagi dialog damai yang lebih efektif dan memberikan dorongan diplomatik kepada pihak pihak yang masih ragu untuk mengakui kemerdekaan Palestina. Masa depan Palestina kini semakin bergantung pada konsistensi dukungan internasional serta kemampuan komunitas global dalam mendorong negosiasi yang adil dan berkelanjutan.
Artikel ini bersumber dari cnnindonesia.com dan untuk lebih lengkapnya kalian bisa baca di sustainabilitypioneers.com
Penulis : Sarah Azhari
Editor : Anisa
sustainabilitypioneers – Harga BBM Pertamina resmi mengalami penyesuaian di seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Indonesia terhitung mulai 6 Oktober…
sustainabilitypioneers – Harga Emas Antam kembali mencetak sejarah baru di perdagangan hari ini Senin 6 Oktober 2025. Angka yang tercatat menjadi…
sustainabilitypioneers – Riza Chalid kini menjadi pusat perhatian publik setelah Kejaksaan Agung memastikan statusnya sebagai stateless. Keputusan ini muncul setelah paspor…
sustainabilitypioneers – Gaza kini berada di titik nadir krisis kemanusiaan. Selain serangan tanpa henti yang menimbulkan korban jiwa, warga juga harus…
sustainabilitypioneers – FUTR atau PT Futura Energi Global Tbk tengah menjadi sorotan usai mengumumkan pengendali baru perseroan. Informasi ini disampaikan dalam…
sustainabilitypioneers – Pertamina kembali menjadi sorotan publik setelah Vivo dan BP-AKR membatalkan rencana pembelian base fuel yang sebelumnya telah disepakati. Rencana…