sustainabilitypioneers – Nepal menjadi sorotan dunia setelah ribuan pemuda turun ke jalan di Kathmandu untuk melakukan demonstrasi besar yang berakhir ricuh. Aksi ini dipicu oleh pemblokiran media sosial populer seperti Facebook yang diberlakukan pemerintah dengan alasan menekan penyalahgunaan dunia maya. Namun kebijakan tersebut justru memicu amarah masyarakat terutama generasi muda yang aktif di media sosial sebagai ruang berekspresi. Demonstrasi kemudian berkembang menjadi protes besar terhadap korupsi yang dianggap merajalela di berbagai lini pemerintahan. Massa yang terdiri dari pelajar dan mahasiswa berkumpul dengan bendera nasional serta spanduk yang memuat tuntutan kebebasan akses informasi. Situasi semakin panas saat gedung DPR atau parlemen federal Nepal dibakar dalam aksi anarkis yang menandai meningkatnya ketegangan politik di negara tersebut. Peristiwa ini menegaskan betapa generasi muda tidak lagi tinggal diam menghadapi represi dan ketidakadilan yang berlangsung lama.
Peristiwa besar di Nepal berawal dari unjuk rasa damai yang berubah menjadi kerusuhan saat massa berusaha menerobos barikade kawat berduri di depan gedung parlemen. Aparat yang bersiaga menembakkan gas air mata dan peluru karet demi membubarkan kerumunan. Meriam air juga dikerahkan untuk menghalau gelombang demonstran yang semakin memanas. Gedung DPR akhirnya dilalap api oleh aksi massa yang tak terkendali sehingga menciptakan kekacauan besar. Pemerintah setempat menetapkan jam malam darurat hingga pukul 22.00 untuk mengendalikan keadaan. Kejadian ini menunjukkan bahwa ketidakpuasan publik telah mencapai puncaknya. Bagi para pemuda Nepal langkah drastis tersebut adalah simbol kemarahan yang mewakili frustrasi atas kondisi sosial politik yang dianggap stagnan. Insiden ini kini menjadi titik balik yang membuka mata dunia tentang keresahan yang dialami rakyat di sana.
“Baca juga: Sri Mulyani Digeser, IHSG Langsung Terjun Bebas! Investor Kalang Kabut”
Menariknya banyak pengunjuk rasa mengaku terinspirasi dari gerakan serupa yang terjadi di Indonesia pada akhir Agustus. Di media sosial X beberapa pengguna Nepal menyatakan bahwa semangat perlawanan anak muda Indonesia memotivasi mereka untuk menolak korupsi dan menentang pemblokiran media sosial. Slogan slogan yang dibawa pun mirip dengan menekankan pentingnya kebebasan berekspresi dan transparansi pemerintahan. Hal ini memperlihatkan bagaimana gerakan transnasional dapat menyebar cepat melalui internet dan menginspirasi rakyat di negara lain. Fenomena tersebut menandakan bahwa isu kebebasan digital dan pemberantasan korupsi kini menjadi agenda global. Semangat dari Indonesia yang melawan kebijakan represif memberi dorongan besar bagi pemuda Nepal untuk mengekspresikan aspirasi mereka. Koneksi emosional ini membuktikan bahwa perjuangan anak muda lintas negara dapat saling memperkuat dalam menghadapi tantangan demokrasi dan keadilan sosial.
Korupsi menjadi isu utama yang memicu kemarahan rakyat Nepal. Pemerintah dianggap gagal menepati janji kampanye dan justru membiarkan praktik korupsi menjalar di birokrasi serta lembaga negara. Pemblokiran media sosial dinilai sebagai langkah tambahan yang membatasi suara kritis rakyat. Pemerintah berargumen bahwa kebijakan tersebut diperlukan untuk memerangi penyebaran kebohongan ujaran kebencian serta penipuan online. Namun para pengamat menilai langkah ini lebih banyak mengandung motif politik untuk membungkam oposisi. Penutupan akses media sosial pada akhirnya hanya memperlebar jurang ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah. Generasi muda yang terbiasa menggunakan media sosial sebagai ruang berkumpul merasa hak mereka direbut secara sepihak. Dengan demikian isu korupsi dan kebebasan informasi berpadu menjadi alasan kuat di balik ledakan kemarahan dalam demonstrasi.
Aksi besar yang memuncak pada pembakaran gedung DPR menandai fase baru dalam dinamika politik Nepal. Ketidakpuasan masyarakat terutama kaum muda terhadap pemerintah semakin jelas terlihat. Mereka menuntut perubahan sistemik yang mampu memberantas korupsi serta membuka akses terhadap kebebasan berekspresi. Aparat yang dikerahkan memang berusaha mengendalikan situasi namun kerusuhan yang terjadi menunjukkan kedalaman krisis kepercayaan. Di sisi lain pemerintah berusaha menekankan pentingnya regulasi digital demi keamanan nasional namun argumen ini sulit diterima oleh publik yang melihatnya sebagai bentuk represi. Demonstrasi tersebut memperlihatkan bagaimana frustrasi generasi muda bisa meledak ketika kebijakan dinilai tidak adil. Masa depan politik Nepal kini berada pada persimpangan penting antara mempertahankan status quo atau menjawab tuntutan rakyat dengan reformasi nyata.
sustainabilitypioneers – Sri Mulyani resmi digantikan oleh Presiden Prabowo Subianto dalam perombakan Kabinet Merah Putih pada Senin 8 September 2025. Di…
sustainabilitypioneers – Reshuffle Kabinet kembali mengguncang panggung politik nasional saat Presiden Prabowo Subianto secara resmi mengumumkan perubahan pada susunan Kabinet Merah…
sustainabilitypioneers – Gudang Garam sedang menjadi sorotan publik setelah mencuatnya kabar pemutusan hubungan kerja massal yang diduga terjadi di internal perusahaan.…
sustainabilitypioneers – Gudang Garam PHK ribuan buruh secara serentak menjadi sorotan nasional. Video yang beredar memperlihatkan suasana haru di antara para…
sustainabilitypioneers – Sherly Tjoanda memulai langkah besar dalam melindungi pekerja informal di Maluku Utara. Dalam acara di Pantai Sulamadaha, Kota Ternate,…
sustainabilitypioneers – Prabowo menjadi pusat perhatian internasional setelah keputusannya untuk tetap menghadiri parade militer di China, di tengah situasi dalam negeri…