sustainabilitypioneers – Israel kini berada di titik kritis dalam perjalanan energi global yang diperkirakan akan mencapai puncak permintaan bahan bakar fosil pada 2030. Menurut laporan International Energy Agency, konsumsi minyak, gas, dan batu bara dunia diprediksi segera menurun seiring meningkatnya teknologi bersih, ketidakstabilan geopolitik, serta komitmen iklim internasional. Perubahan ini memberi tantangan besar bagi Israel yang selama dua dekade terakhir bertransformasi dari importir energi menjadi eksportir berkat ladang gas Tamar dan Leviathan. Ketergantungan listrik Israel kini sekitar 70 persen berasal dari gas alam, yang telah menjamin keamanan energi sekaligus pemasukan negara. Namun, pasar global yang mulai meninggalkan energi fosil menghadirkan pertanyaan besar tentang keberlanjutan model ekonomi berbasis ekspor gas ini di masa depan.
Dalam menghadapi kemungkinan puncak permintaan fosil, Israel harus segera menyesuaikan strategi ekonominya. Sektor energi yang sebelumnya menjadi motor pertumbuhan berpotensi kehilangan nilai jika pasar internasional mengurangi pembelian gas. Risiko aset terdampar, di mana investasi energi kehilangan keuntungan ekonomis, menjadi ancaman nyata bagi Israel. Untuk menjaga ketahanan ekonomi, Israel perlu memanfaatkan pergeseran investasi global menuju energi hijau. Partisipasi dalam pasar obligasi hijau, pembangunan proyek penyimpanan energi, dan pengembangan teknologi surya harus diperluas. Ekosistem inovasi domestik dapat diarahkan untuk menarik investor internasional yang mencari solusi ramah lingkungan. Israel juga memiliki peluang besar untuk menjadikan transisi energi sebagai momentum memperkuat reputasi sebagai pusat inovasi bersih di kawasan.
“Baca juga: Ribuan Pemuda Nepal Turun ke Jalan, Terinspirasi Indonesia hingga Bakar Gedung DPR!”
Perubahan energi global juga berpengaruh pada geopolitik yang selama ini mengandalkan ekspor gas untuk memperkuat aliansi regional. Hubungan dengan Mesir dan Yordania misalnya, telah berkembang melalui kerja sama energi, tetapi tren penurunan penggunaan fosil dapat mengubah dinamika ini. Mesir sendiri gencar mengembangkan hidrogen hijau yang bisa menyaingi ekspor gas Israel di masa depan. Namun, pergeseran ini juga membuka kesempatan baru. Israel berpotensi mengambil peran penting dalam ekonomi hidrogen atau memimpin kerja sama lintas negara dalam proyek energi terbarukan. Kesepakatan Abraham Accords dapat dimanfaatkan untuk memperluas inisiatif berbagi energi surya dengan negara Teluk yang juga tengah berupaya keluar dari ketergantungan minyak.
Israel dikenal sebagai pusat inovasi dunia dalam bidang manajemen air, keamanan siber, hingga kecerdasan buatan. Kini, negara ini memiliki kesempatan untuk mereplikasi keberhasilan tersebut pada sektor energi bersih. Dengan paparan sinar matahari melimpah dan dukungan sektor teknologi tinggi, Israel berpotensi menjadi pemimpin global dalam solusi energi surya, penyimpanan baterai, serta efisiensi energi. Teknologi tersebut bisa diekspor ke negara berkembang yang sedang menghadapi tantangan transisi energi mereka sendiri. Hal ini dapat menciptakan peluang ekonomi baru sekaligus menutup kerugian dari berkurangnya pendapatan gas. Jika langkah ini dijalankan secara agresif, Israel tidak hanya menjaga ketahanan ekonominya tetapi juga mengukuhkan diri sebagai inovator energi terbarukan kelas dunia.
Keberhasilan transisi energi di Israel tidak hanya ditentukan oleh teknologi atau ekonomi, tetapi juga dukungan publik dan politik. Industri gas alam serta sektor terkait mungkin menolak perubahan cepat. Oleh karena itu, pemerintah harus merancang kebijakan yang mampu mendapatkan dukungan masyarakat. Subsidi energi surya, insentif kendaraan listrik, dan penetapan harga karbon dapat menjadi alat penting. Selain itu, integrasi dengan kebijakan iklim global seperti mekanisme CBAM Uni Eropa harus segera diantisipasi. Jika industri Israel gagal mendekarbonisasi dengan cepat, hambatan perdagangan bisa mengurangi daya saing ekspor. Tantangan terbesar tetap berada di sektor transportasi yang masih bergantung pada minyak. Israel telah merencanakan pelarangan penjualan kendaraan berbahan bakar fosil pada 2030, tetapi kesuksesannya sangat bergantung pada pembangunan infrastruktur dan investasi publik.
Artikel ini bersumber dari blogs.timesofisrael.com dan untuk lebih lengkapnya kalian bisa baca di sustainabilitypioneers.com
Penulis : Sarah Azhari
Editor : Anisa
Netanyahu kembali mencetak kontroversi besar setelah secara terbuka menyatakan bahwa tidak akan pernah ada negara Palestina. Pernyataan itu disampaikan dalam…
sustainabilitypioneers – Nepal menjadi sorotan dunia setelah ribuan pemuda turun ke jalan di Kathmandu untuk melakukan demonstrasi besar yang berakhir ricuh.…
sustainabilitypioneers – Sri Mulyani resmi digantikan oleh Presiden Prabowo Subianto dalam perombakan Kabinet Merah Putih pada Senin 8 September 2025. Di…
sustainabilitypioneers – Reshuffle Kabinet kembali mengguncang panggung politik nasional saat Presiden Prabowo Subianto secara resmi mengumumkan perubahan pada susunan Kabinet Merah…
sustainabilitypioneers – Gudang Garam sedang menjadi sorotan publik setelah mencuatnya kabar pemutusan hubungan kerja massal yang diduga terjadi di internal perusahaan.…
sustainabilitypioneers – Gudang Garam PHK ribuan buruh secara serentak menjadi sorotan nasional. Video yang beredar memperlihatkan suasana haru di antara para…