sustainabilitypioneers – Dampak tak terduga inflasi hijau menjadi salah satu tantangan baru dalam transisi global menuju keberlanjutan. Inflasi hijau, atau dikenal sebagai greenflation, adalah fenomena kenaikan harga barang dan jasa ramah lingkungan akibat tingginya permintaan dan terbatasnya pasokan. Situasi ini muncul di tengah langkah-langkah dunia untuk mengurangi dampak lingkungan dan adopsi teknologi hijau.
Barang seperti kendaraan listrik, energi terbarukan, dan bahan makanan organik menjadi lebih mahal karena biaya produksi yang tinggi dan ketersediaan bahan baku yang terbatas. Meski upaya ini bertujuan baik, efek ekonominya perlu ditangani secara hati-hati agar tidak menghambat perkembangan teknologi hijau.
Inflasi hijau merujuk pada kenaikan harga barang-barang ramah lingkungan akibat meningkatnya permintaan bahan baku berkelanjutan dan kebijakan lingkungan yang ketat. Menurut Universitas Stikubank, fenomena ini terjadi sebagai bagian dari transisi energi ramah lingkungan yang berdampak pada biaya ekonomi.
Meskipun tujuannya adalah menciptakan solusi lingkungan yang lebih baik, inflasi hijau dapat menambah beban ekonomi bagi konsumen dan sektor industri. Barang-barang berbasis teknologi hijau seringkali memiliki harga lebih tinggi dibandingkan dengan produk konvensional.
“Baca juga: Mengapa Raksasa Teknologi seperti Microsoft dan Meta Berinvestasi di Energi Nuklir?”
Kebijakan carbon pricing, seperti pajak karbon atau sistem perdagangan emisi, meningkatkan biaya produksi bagi perusahaan yang masih mengandalkan bahan bakar fosil. Biaya ini akhirnya diteruskan kepada konsumen melalui kenaikan harga barang dan jasa.
Energi terbarukan seperti tenaga angin dan surya membutuhkan investasi besar dalam infrastruktur. Hal ini menyebabkan harga energi hijau menjadi lebih mahal dibandingkan energi fosil, sehingga memengaruhi harga produk terkait.
Permintaan bahan baku seperti lithium untuk baterai kendaraan listrik melonjak, sementara pasokan terbatas. Misalnya, harga lithium meningkat hingga 40% pada tahun 2021, yang turut memicu inflasi hijau.
Perusahaan yang belum sepenuhnya beralih ke teknologi hijau menghadapi beban tambahan berupa biaya pemenuhan regulasi lingkungan, seperti pengolahan limbah atau pengurangan emisi. Hal ini memengaruhi harga akhir produk mereka.
Barang-barang ramah lingkungan, seperti kendaraan listrik dan energi terbarukan, menjadi lebih mahal. Akibatnya, konsumen harus mengeluarkan biaya lebih besar untuk produk yang mendukung keberlanjutan.
Industri yang bergantung pada bahan bakar fosil atau teknologi konvensional menghadapi peningkatan biaya produksi, sehingga daya saing produk mereka di pasar internasional menurun.
Harga tinggi pada produk ramah lingkungan mendorong konsumen untuk mencari alternatif yang lebih murah, meskipun kurang berkelanjutan. Pola ini dapat memperlambat adopsi teknologi hijau.
“Simak juga: Wuling Memulai Produksi Lokal Baterai Mobil Listrik di Indonesia”
Meningkatkan efisiensi teknologi hijau dan mengembangkan solusi yang lebih terjangkau dapat membantu menurunkan biaya produksi. Kolaborasi dalam riset global juga menjadi faktor penting.
Mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dengan berinvestasi pada energi terbarukan seperti tenaga angin dan surya dapat membantu menstabilkan harga energi.
Regulasi yang mendukung, seperti subsidi energi terbarukan atau insentif untuk perusahaan yang mengembangkan teknologi hijau, dapat mengurangi tekanan inflasi hijau sambil tetap mendorong keberlanjutan.
Dampak tak terduga inflasi hijau menyoroti perlunya strategi yang seimbang dalam menghadapi tantangan ekonomi dan lingkungan. Dengan pengelolaan yang tepat, dampak ini dapat diminimalkan untuk mendukung keberlanjutan jangka panjang.
sustainabilitypioneers – Mesir Teken Proyek Surya 1 GW senilai 600 juta dolar AS dengan perusahaan energi asal Norwegia Scatec sebagai bagian…
sustainabilitypioneers – Paket Pembiayaan Hijau kini hadir sebagai komitmen nyata dari Bank Dunia dalam mendukung upaya Indonesia menuju masa depan energi…
sustainabilitypioneers – MEGABUILD Indonesia 2025 menjadi ajang penting yang menghadirkan inovasi terbaru dalam dunia konstruksi dan arsitektur, terutama dalam ranah hunian…
sustainabilitypioneers – NEERI Luncurkan Sustainovate 2025 sebagai sebuah inisiatif progresif untuk merespons berbagai tantangan lingkungan global melalui teknologi mutakhir. Kompetisi terbuka…
sustainabilitypioneers – Proyek Energi Surya Terapung Cirata menjadi sorotan utama dalam pengembangan energi terbarukan di Asia Tenggara. Proyek ini merupakan hasil…
sustainabilitypioneers – Fukushima Jadi Pusat Energi Hijau setelah pemerintah Jepang bersama TotalEnergies melalui anak perusahaan Saft mengumumkan proyek besar di wilayah…